Home / Cerita Tante Sexy / Demi Membayar Hutang Suami, Aku Rela Jual Diri

Demi Membayar Hutang Suami, Aku Rela Jual Diri

Bagi kepada teman

Demi Membayar Hutang Suami, Aku Rela Jual Diri

– setelah sebelumnya ada kisah , kini ada cerita . selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita

Demi Membayar Hutang Suami, Aku Rela Jual Diri

Demi Membayar Hutang Suami, Aku Rela Jual Diri

Kisah yang kuceritakan ini adalah pengalaman pahit pribadiku sebagai seorang istri. Namaku Dina, seorang wanita berusia 30 tahun yang hampir putus asa dalam menjalani hidup berumah tangga, semua karena penyebab suamiku yang tega menjual diriku. Erik (suamiku ) justru menjadikanku seperti seorang pelacur/lonte murahan hanya untuk membayar hutangnya.

Aku tak pernah menyangka apabila suamiku sampai hati menjual diriku. Sewaktu pertama kali berkenalan, Erik adalah lelaki yang baik dan selalu menjagaku dari godaan lelaki lelaki iseng. Kami menikah lima tahun yang lalu dan sudah dikarunai seorang anak lelaki dan sekarang berusia tiga tahun yang kami beri nama Bernard. Pernikahan kami mulus-mulus saja sampai Bernard muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak terkuras untuk mendidik Bernard.

Mas Erik berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku cuma tinggal di rumah. Akan tetapi aku tak pernah mengeluh. aku tetap sabar menjalankan tugasku seseperti ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Meskipun kenyataannya setiap hari bisa saja Mas Erik pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam dan dalam kondisi mabuk.

Pernah sewaktu kutanyakan, kemana saja kalo pulang terlambat. Dia cuma menjawab

“aku mencari penghasilan tambahan”, jawabnya singkat dan acuh.

Mas Erik makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol dan hampir tak sadarkan diri, ternyata dia mabuk sangat berat. aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum beralkohol. Selama ini aku tak pernah melihatnya sampai seperti ini. Kadang-kadang ia juga memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Bernard anak kami. Setiap kali aku menyinggung kegiatannya yang di luar batas, Mas Erik berusaha menghindari.

“Kita jalankan saja peran masing-masing yang seperti biasanya. aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah juga Bernard. aku tak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga seperti itu”, katanya.

aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya, suatu malam dia memintaku untuk menjual gelang yang kukenakan. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang isteri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang tersebut. aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka.

Suatu sore saat Mas Erik belum pulang, seorang kawannya yang mengaku bernama Parman berkunjung ke rumah. Kedatangan Parman inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Parman datang untuk menagih utang-utang suamiku. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Erik berjanji untuk melunasi utangnya itu. aku berkata terus-terang bahwa aku tak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.

Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum,

“Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung juga menemani Mbak.”

aku sedikit risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih sewaktu melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.

“Erik tak pernah cerita kepada saya, kalo ia memiliki isteri yang luar biasa cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah cuma dipajang di rumah saja” ucap Parman.

aku makin kaku hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, kerana aku menyadari Mas Erik berutang uang kepadanya. dalam hati aku berdoa supaya Mas Erik cepat pulang ke rumah, sehingga aku tak perlu berlama-lama menemuinya.

Untung saja tak lama kemudian Mas Erik pulang. Kalo tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Parman, Mas Erik terlihat lemas. Dia tahu pasti Parman akan menagih hutang-hutangnya itu. aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Erik kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Erik sudah bisa melunasi hutangnya. aku tak dapat mendengar pembicaraannya, tetapi kulihat Mas Erik menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan kawannya itu.

Sesudah Parman pulang, Mas Erik memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Parman. aku menyadari Mas Erik sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri sehingga tak menimbulkan masalah baru. Sesudah selesai makan, Mas Erik langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian sesudah berhasil menidurkan Bernard di kamarnya.

Sewaktu aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Erik kemudian memelukku dan menciumku. aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Erik mulai melepaskan baju terusan putih yang kukenakan, sesudah mencumbuiku sejenak, Mas Erik mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku.

Sesudah itu Mas Erik sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian badanku, tak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Erik untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat kemaluan Mas Erik yang sudah mulai sedikit menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.

dengan penuh kasih sayang kuraih gagang kenikmatan Mas Erik, kumain-mainkan sejenak dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum gagang kemaluan suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, gagang kemaluan Mas Erik terutama kepala kemaluannya, mulai terasa hangat dan mengeras. aku menyedot gagang Mas Erik semampuku, kulihat Mas Erik begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.

Mas Erik kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua buah dadaku yang cukup menantang, 36B. aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting buah dadaku dan mulai menjalar keseluruh bagian badanku lainnya, terutama ke kemaluanku. aku merasakan lubang kemaluanku mulai terasa basah dan sedikit gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, supaya aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan lubang kemaluanku.

Mas Erik ternyata tanggap melihat perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Erik mulai turun dan mulai mengulum daging kecil clitorisku dengan napsunya, aku sangat kewalahan menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh dibadanku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan napas tertahan sewaktu kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan yang kurasakan.

Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak, saat kemaluan Mas Erik, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam kemaluanku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat saat kemaluan Mas Erik yang sudah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.

Suamiku memang jago dalam permainan ini. Tak lebih dari lima belas menit aku berteriak kecil saat aku sudah tak mampu lagi menahan kenikmatan yang kurasakan, badanku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang sewaktu puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam sembari menggigit kecil bibirku saat kurasakan kemaluanku mengeluarkan denyut-denyut kenikmatannya.

Dan tak lama kemudian Mas Erik mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik kemaluannya dan beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah badan dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok kemaluannya sampai air maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali kemaluannya sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai lunglai.

“aku benar-benar puas dina, kamu memang hebat”, pujinya. aku masih bergelayut manja di dekapan badannya.

“Dina, kamu memang isteriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.

“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Erik mengangguk-angguk mendengarkan ucapakanku.

Kemudian ia melanjutkan,

“Kamu tahu maksud kedatangan Parman tadi sore. Dia menagih utang, dan aku cuma sanggup membayar setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian sesudah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap Mas Erik.

“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.

“Ternyata dia menyukaimu, dia minta izinku supaya kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Erik dengan pelan dan tertahan.

aku seperti disambar petir saat itu, aku tahu arti ‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Erik. Mas Erik mengerti keterkejutanku.

“aku sudah tak tahu lagi dengan apalagi aku harus membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat tukang pukulnya jika aku tak bisa membayarnya sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.

aku cuma terdiam tak mampu mengomentari perkataannya itu. aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan seluruh badanku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini. Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Erik.

“Besok kamu ikut aku menemui Parman”, ucapnya lagi, sembari mencium keningku lalu berangkat tidur. Sesewaktu itu juga aku membenci suamiku. aku enggan mengikuti keinginan suamiku ini, tetapi aku juga harus memikirkan keselamatan keluarga, terutama keselamatan suamiku. Mungkin sesudah ini ia akan kapok berjudi lagi pikirku.

Sore hari sesudah pulang kerja, Mas Erik menyuruhku berhias diri dan sesudah itu kami berangkat menuju tempat yang dijanjikan sebelumnya, ternyata Mas Erik mengantarku ke sebuah hotel berbintang. waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di hotel.

Sewaktu pintu kamar di ketuk oleh Mas Erik, beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka, dan kulihat Parman menyambut kami dengan hangatnya, Suamiku tak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Parman, dan kemudian berpamitan.

dengan lembut Parman menarik tanganku memasuki ruangan kamar itu. aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku. Ternyata Parman tak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh badanku, tetapi sikapnya dan perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai memudar.

Parman menanyakan dengan lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi jawabnya minuman itu tak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku,

“Ini bisa menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat badanmu sedikit hangat. Kulihat dari tadi kelihatannya kamu sedikit kedinginan”, ucapnya lagi sembari menyodorkan minuman tersebut.

Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku merasakan badan dan pikiranku sedikit tenang, rasa grogi sudah mulai menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri seluruh syaraf-syaraf badanku.

Parman kemudian menyetel lagu-lagu lembut di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan sedikit pusing di kepalaku, badankupun limlung. Kemudian Parman merebahkan badanku ke ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai bisa menghilangkan rasa pusing di kepalaku.

Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut kecil di seluruh badanku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku. aku merasakan badanku mulai terangsang, meskipun Parman belum menjamah badanku.

Sewaktu aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di badanku, nafasku mulai memburu terengah-engah, buah dadaku seakan-akan mengeras dan benar-benar peka, kemaluanku mulai terasa basah dan gatal yang menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam kemaluanku. Badanku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh badanku.

Parman ternyata menikmati tontonan ini, dia memandangi kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan rangsangan, napsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba badanku tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di buah dadaku membuatku tak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Parman tak lepas memandangi belahan buah dadaku yang putih montok dan yang menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.

Tak tahan melihat pemandangan indah ini, Parman kemudian menggumuliku dengan panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tak lebih dari 3 detik, kancing bra-ku sudah lepas, kini buah dadaku yang kencang dan padat sudah membentang dengan indahnya, Parman tak mau berlama-lama memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya semakin cepat meremas-remas buah dadaku, cairan kemaluanku mulai membasahi celana putihku.

Melihat ini, tangan Parman yang sebelahnya lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Parman mulai memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di kedua belahan rapatnya kemaluanku.

Parman memainkan kemaluanku dengan ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk sedikit menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai menerobos masuk ke lubang badanku dan mulai memutar-mutar jarinya di dalam kemaluanku. Tak puas kerana celana dalamku sedikit mengganggu, dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. aku kini benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di badanku.

Parman tertegun sejenak memandangi pesona badanku, yang masih bergeliat-geliat melawan rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di dalam minumanku. dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri buah dadaku, Parman melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan sampai akhirnya bugil pula. aku semakin bernapsu melihat gagang kemaluan Parman sudah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.

dengan cepat Parman kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama dalam puncak terangsang, aku merasakan buah dadaku diserang dengan remasan-remasan panas, dan.., ahh.., akupun merasakan gagang kemaluan Parman dengan cepatnya menyeruak menembus lubang kemaluanku dan menyentuh titik-titik kenikmatan yang ada di dalam lubang kemaluanku, aku menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan kemaluannya dengan menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga kemaluannya bisa menerobos secara maksimal ke dalam kemaluanku.

Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul, setiap kali kemaluan Parman mulai bergerak masuk menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan otot-otot kemaluanku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan Parman, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah terlihat akan klimaks, Parman tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 kemaluannya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya klimaks berulang-ulang dalam waktu 10 detik.. Parman ternyata juga sudah tak mampu menahan lagi serangannya dia cuma diam sejenak untuk merasakan kenikmatan dipuncak-puncak klimaksnya dan beberapa detik kemudian mencabut gagang kemaluannya dan tersemburlan muncratan-muncratan spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di belahan buah dadaku. Kamipun akhirnya tidur kelelahan sesudah bergumul dalam panasnya birahi.

Keesokan paginya, Parman mengantarku pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan berbicara sejenak sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya sesudah seharian tak kuurus.

Sesudah kejadian itu, aku dan suamiku sempat tak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah ini sampai terjadi, tetapi hal itu tak berlangsung lama, suamiku kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tak langsung akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku harus rela melayani kawan-kawan suamiku yang menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap masih berulang. Oh sampai kapankah penderitaan ini akan berakhir.

 by – Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo.

About admin

Check Also

Sex PNS Terbaru

Bagi kepada teman in Sebuah kisah seks dewasa yang dituturkan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *