Home / Cerita Lendir / Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal

Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal

Bagi kepada teman

Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal

– setelah sebelumnya ada kisah , kini ada . selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan cerita

Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal

Cersex Tante Susi Teman Mama Ketagihan Anal

Ayahku adalah orang yang sering bepergian ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah. Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya ibuku bernama tante susi. tante susi saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak dari pada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan.

Tante Susi adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik mamaku. Wajah tante susi tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. tante susi sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gosip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante susi keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante susi. Ibu bercerita bahwa tante susi itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante susi sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante susi menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya. “Diki kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante susi. “Kalo ke Bandung sih Diki malas, tante. Kalo ke Singapore Diki mau ikut.” jawabku santai. “Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante susi. Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”. “Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Diki mau ngga temenin tante?”. “Emang tante mau makan di mana?” “Tante sih mikir Pizza Hut.” “Males ah ogut kalo Pizza Hut.” “Trus Diki maunya pengen makan apa?” “Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.” “Oke deh. Mau cabut jam berapa?” “Entaran aja tante. Diki masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.” Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante susi mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante susi putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam.

Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante susi suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante susi bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius. Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante susi semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu. Tiba-tiba tante susi berkata, “Diki, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”. “Huh? Mana enak?” tanyaku. “Mau tante kitik kuping Diki?” tante susi menawarkan/ “Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi. “Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante susi. “Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan. “Alahh sok bersihan kamu Diki. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante susi. “Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante susi.

Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku. “Diki, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante. “Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka. “Udah jam 7 lewat Diki. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku. “Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.” “Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.” “Oke oke, kasih Diki lima menit lagi deh tante.” mintaku. “Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.” Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante susi sedang membenarkan posisi roknya kembali.

Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante susi tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante susi , begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur. “Nih kamu yang setir mobil tante dong.” “Ogah ah, Diki cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante susi membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya. “Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante susi. “No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku. “Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante susi sambil tertawa kemenangan.

Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. tante susi seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, Aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante susi tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia. Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante susi mengajakku mampir ke rumahnya.

tante susi tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante susi sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante susi , yang tante susi tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante susi lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante susi. Jadi aku bisa maklum apabila tante susi sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen. “Anggap rumah sendiri Diki.

Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.” “Kalo begitu, Diki mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel. “Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante susi. “Tapi Diki dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri. “Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.

Tiba-tiba suara tante susi menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan. “Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante susi memecahkan suasana hening sebelumnya. “Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum. “Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal.

Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.” Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante susi tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. tante susi ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis. “Ok deh. Kalo begitu Diki mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku. “Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante susi yang tinggal sendiri di apartemen itu.

Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante susi sudah ingin tidur. “Kita main UNO yuk?!” ajak tante susi. “Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran. “Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante susi. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. “Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante susi. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. tante susi masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman.

tante susi membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas.

Melihat kejadian ini, tante susi menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian. “Tante, anterin Diki pulang yah. Kepala ogut rada berat.” “Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante susi. Aku merasa tante susi berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante susi minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante susi mulai terlihat lebih beranilagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua.

Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat. Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante susi ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante susi sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin beranimenanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante susi , dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku.

Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante susi menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi.

Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante susi jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami semakin wild dan berani. tante susi mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante susi. “Yee, tante menang lagi.

Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante susi dengan senyum kemenangan. “Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. tante susi kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. “Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira. “Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante susi bugil juga.

Aku pengen sekali menang terus. “Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante susi melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”. “Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela. Aku rada gondok mendengar pembelaan tante susi. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. “Straight … Diki … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante susi girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam.

Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. “Diki Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Diki junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. “Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya.

Aku kaget sambil tersenyum malu. “Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante susi girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada. “Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante susi sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante susi kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante susi membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh. “Mari kita bergembira malam ini.

Minum sepuas-puasnya.” ucap tante susi. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. “Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante susi melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante susi hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja.

Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante susi mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Cerita Hot Gairah tante susi Plus Anal Sex diMuka tante susi sedikit memerah. Kulihat tante susi sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante susi. “Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku. tante susi kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Diki tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante susi melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot.

Benar apa kata tante susi , aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante susi sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang. “Aih Diki, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante susi. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. “Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante susi lagi.

Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante susi meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja.

tante susi hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante susi untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante susi akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.

Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante susi. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante susi. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante susi mencegahnya. “Tunggu Diki. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Diki dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante susi.

Setelah meneguk wine-nya lagi, tante susi terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya. “Tante dare Diki untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante susi. “Ahh, yang bener tante?” tanyaku. “Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante susi. “Bukan karena itu. Tapi … Diki belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu. “Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Diki.” kata tante susi. Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante susi. tante susi kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante susi. tante susi diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante susi. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.

Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante susi. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante susi. tante susi dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante susi , dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante susi.

Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. tante susi seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante susi pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang. “Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante susi. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya.

Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. tante susi menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja. “Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Diki bosan ama tante.” candanya. “Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku. “Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante susi kemudian terputus. Kalimat tante susi ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante susi malam itu.

Aku semakin beranidan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante susi sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung. “Diki menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante susi sambil menggoda. “Hmm … apa yah.” pikirku sejenak. “Gini aja,

Diki pengen emut-emut susu tante susi.” jawabku tidak tau malu. Ternyata wajah tante susi tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Diki.”. “Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. tante susi hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante susi. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante susi dengan lembut.

Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante susi , memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante susi. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante susi dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante susi. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante susi perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya.

Kini aku bisa memastikan bahwa tante susi saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. “Dikiii … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante susi dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante susi , tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. tante susi tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Aku mencoba mendorong tubuh tante susi perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante susi tidak menahan/menolak, bahkan tante susi hanya pasrah saja.

Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante susi. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante susi , dan oh my, wangi betul leher tante susi. tante susi memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini. Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante susi , dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante susi. Tanganku tidak tinggal diam.

Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante susi , sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante susi. Tubuh tante susi seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante susi tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante susi memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya. Aku ingin sekali melihat kemaluan tante susi saat itu, namun tante susi tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. “Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante susi mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante susi dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya.

Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante susi berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante susi mulai basah dan licin. “Diki … kamu yah … aaahhhh … kok beraniama tante?” tanya tante susi terengah-engah. “Kan tante yang suruh tangan Diki ke sini?” jawabku. “Masa sihhh … tante lupa … aahhh Diki … Diki … kamu kok nakal?” tanya tante susi lagi. “Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante susi. “Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante susi mulai serak-serak basah. Aku tetap memainkan itil tante susi , dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante susi menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja.

Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante susi bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante susi tidak sakit buatku. “Diki … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante susi. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante susi lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante susi , tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante susi. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante susi. Dengan lembutnya tante susi berkata, “Diki, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelum gairah tante habis. Tuh liat kontol Diki dah tegak kayak besi.

Sini tante pegang apa dah panas.”. Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante susi , dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante susi. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante susi yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana. “Uhhh … ohhh … Dikiii … ahhh …” desah tante susi. Aku coba mengocok-kocok memek tante susi dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku.

tante susi terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. “Dikiii … Dikiii … aduhhh Dikiii … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante susi. Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante susi , tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante susi , sehingga aku berhenti sejenak. “Dikiii … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante susi. “Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius. “Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang.

Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante susi. “Beres tante.” jawabku. “Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante susi genit. Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante susi semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku. Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. tante susi pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante susi 20 menit lama-nya.

Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja. “Dikiii … ampunnn Dikiii … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante susi. “Tante … Dikiii dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante susi semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante susi , dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi.

Posisiku tetap di atas tubuh tante susi. Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante susi. tante susi sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. “Dikiii … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante susi sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante susi telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante susi agar spermaku dilepas keluar dari memek tante susi. “Tante … Dikiiis datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante susi , dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante susi. Saking kencangnya,

Semburan spermaku sampai di dada dan leher tante susi. “Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku. “Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante susi. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante susi. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante susi. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante susi.

Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia. tante susi kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku. “Diki puas ngga?” tanya tante susi. “Bukan puas lagi tante … tapi Diki seperti baru saja masuk ke surga” jawabku. “Emang memek tante surga yah?” canda tante susi. “Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri. “Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran. “Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya.

Diapain emang ama Diki?” tanya tante susi manja. “Anuu … Diki kasih si Diki Junior … tuh tante liat jembut Diki banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku. “Idihhh … mana mungkin …” bela tante susi sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo. “Diki sering-sering datang ke rumah tante aja.

Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante susi. “Sippp tante.” jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante susi. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante susi, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante susi tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. tante susi senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri.

Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). tante susi sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante susi seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.

tante susi paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante susi lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga). Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya.

Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante susi. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante susi menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante susi bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. tante susi sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante susi. Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante susi.

Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. tante susi sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante susi sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante susi, namun tante susi seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante susi tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.

 by – Cerita Dewasa, Cerita Seks Hot, Cerita Mesum, Cerita ngewe, Cerita Panas, Cerita Ngentot, Kisah Pengalaman Seks, Cerita Porno, Cerita Bokep indo.

About admin

Check Also

Sex bergambar terpanas ngentot erotis Dengan Cewek Bispak

Bagi kepada teman in Cerita panas – Cerita Seks yang akan kuceritakan di ini adalah pengalamanku …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *