Home / Cerita Bokep / Cerita Dewasa Keberuntungan Ku Ngentot sama Bian dan adiknya

Cerita Dewasa Keberuntungan Ku Ngentot sama Bian dan adiknya

Bagi kepada teman
Spread the love
Cerita Dewasa Keberuntungan Ku Ngentot sama Bian dan adiknya

Bian adalah seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya… kira-kira berukuran 34 lah. Berawal ketika aku pacaran dengan Bian selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks. Bian memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. Adiknya yang pertama, namanya Lisa, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar dari pada kakaknya. Menurut kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Bian. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan cerita panas betapa enaknya memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 3 SMP namanya Angle. Tidak seperti kakak-kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual.

Cerita Dewasa Ngentot Sama Bian

Cerita dewasa ku mulai kompilasi Rumah Bian sedang tidak ada orang dan aku datang ke Rumah. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Bian mengenakan daster dengan potongan dada yang berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku baru saja membawakan VCD yang baru saja kubeli dan ingin kutonton berdua dengan Bian. Baru saja mendapat kupencet tombol play, tiba-tiba Bian menyodorkan sebuah VCD porno cerita dewasa.
“Hei, dapatkah darimana sayang?” Tanyaku sedikit terkejut.
“Dari teman. Tadi dia titip ke Bian karena takut ketahuan pergi ”, katanya sambil duduk di pangkuanku.
“Nonton ini aja ya sayang. Bian kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya? ”Pintanya sedikit membantah.
“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menerima TV.

Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan cerita dewasa yang diputar. Tanpa terasa penisku mulai mengeras dan menusuk pantat Dian yang duduk di pangkuanku. Dian pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan.

“Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari-jemari Bian yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat. Segera saja Bian kugendong menuju kamarnya dan adengan cerita panas kami mulai.

Di kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut.

Baca Juga :

“Aahh… ahh… sa.. sayang, Bian udah nggak kuat… emh… ahh… Bian udah mau keluar… aackh… ahh… ahh!” Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku.

Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Tangan Bian meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Bian mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Dian memainkan puting susuku. Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu.

Adik Bian Yang Ku Ajak Ngentot

Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Bian terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget.

“Kak Bian, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?” teriak Angel.

Sedangkan Lisa hanya menunduk malu. Aku dan Bian saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Angel. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Angle berteriak tertahan sambil menutup matanya.

“Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya lagi sambil menunjuk penisku.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata,
“Angle, Kakak sama Kak Bian kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya… kayak begini ini. Nanti kalo Angle dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Angle udah bisa apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. Angle menggeleng perlahan.
“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.
“Mmh, Angle malu ah Kak”, desahnya.
“Kenapa musti malu? Angle suka nggak sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.
“Ahh, i.. iya. Angle udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Bian”, jawabnya sambil memejamkan mata. Tampaknya Angle menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Angle, aku beralih ke Lisa.
“Kalo Lisa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Lisa mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.
“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.

Lisa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Lisa mau juga. Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Lisa tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Lisa sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Angle. “Angle, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya.

Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah. Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Angle pun kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku.

“Jangan Kak malu,, dada Angle kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya.
“Dibuka dulu ya!” kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya. Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu.
“Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga”, kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya.

Angle mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya.

Sementara Lisa kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu.
“Aahh… ach… ge… geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.” Setelah puas dengan vagina Angle. Aku menarik Lisa menjauh sedikit dari tempat tidur. Bian kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Bian menyuruh Angle menjilati vaginanya.

Sementara itu, aku mulai mencumbu Lisa. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku.
“Wow, tete kamu bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar.
Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
“Ahh, ah Kakak, bisa aja”, katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku. Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku.

Karena kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat dari Bian. Setelah puas diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu bersemangatnya, Sekali tidak selebat Bian, sehingga membuat saya sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Lisa mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.
“Aahh, Kak … Lisa mau pipiss …” erangnya sambil meremas pundakku.
“Keluarin aja. Jangan tertunda ”, kataku. Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Sungguh penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat Setelah selesai, kuajak Lisa kembali ke tempat tidur. Kulihat Bian dan Angle sedang asyik berciuman sambil memainkan masing-masing memainkan vaginanya masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya pasangan sudah pernah mengalami ejakulasi. Karena Bian adalah pacarku, maka dia yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Bian nungging.

Baca Juga :

Ngentot Bian Yang Masih Perawan

“Sayang, Bian udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian mengecup penisku dengan mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam. “Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Bian mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus kuhujamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Bian menggeliat dengan liar dan mengerang dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Bian sudah ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya.

“Kok ada darahnya sayang?” tanya Bian terkejut ketika melihat ke vaginanya.
“Kan baru pertama kali”, balas Bian mesra.
“Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Lisa. Bian cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Lisa. Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan. “Ooh… Lisa, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku. Lisa tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan.

Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. “Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Lisa lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam kewanitaannya. Dibanding Bian, vagina Lisa lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. Sama seperti kakaknya, Lisa sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu. Kupercepat kocokanku.

“Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh… ahh… mmh… aahh… Lisa udah mau ke… keluar.” Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku.
“Aahh… Kak… Lisa keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak.
“Lisa, nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat.
“Enak sekali Kak. Lisa belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Lisa ngerasain lagi?” tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya.
Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Lisa pindah mendekati Bian. Yang kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Bian.
“Nah, sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Angle. Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras.
“Angle jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang mulai basah. Angle cuma mengangguk lemah.

Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Angle agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku.
“Kak… aahh… ada yang… mau… keluar dari memek Angle… aahh… ahh”, erangnya sambil menggeliat-geliat.
“Jangan ditahan Angle. Keluarin aja”, kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat.
“Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…” jerit Angle dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri.

Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Angle mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke vaginanya.

Hentakan yang cukup keras tadi membuat Angle menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Angle merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Angle mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun.

“Aahh… aahh… aachk… Kak… Angle… mau keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Angle terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra. Setelah kududukkan Angle di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat.

Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi dan ingin mengakhiri cerita panas ku. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu.

Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu mulai menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Sudut di kananku, Lisa di samping kiriku, sedangkan Bian tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. Kami berempat akhirnya berhasil menyelesaikan cerita dewasa kami berempat. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku cerita dewasa yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. Itu adalah hari terbaik dalam hidupku.

About admin

Check Also

KASINO

Bagi kepada teman in Saya selalu berbicara dengan istri saya tentang menambahkan pria lain ke …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *